Pernah dengar tentang Parental Burnout?
Parental Burnout adalah kondisi kelelahan secara fisik, mental dan emosional yang menyerang orang tua yang kemudian mempengaruhi cara parenting yang diterapkan kepada anak.
Nah… pada masa pandemi seperti ini, kerap terjadi Parental Burnout. Beberapa kali aku baca curhatan teman-temanku di group whatsapp bagaimana mereka emosi dengan cara belajar anaknya yang sedang melakukan sekolah daring. Atau aku baca status teman-temanku di social mereka, tentang betapa lelahnya mereka selama anak-anaknya tidak pergi ke sekolah.
Sejujurnya aku pernah mengalami Parental Burnout, terutama terhadap anak bungsuku. Kenzo yang berusia hampir 6 tahun selalu saja bikin tekanan darahku meninggi setiap kali akan mulai sekolah daringnya. Mungkin karena faktor usia dan tingkatan pendidikan yang masih setara dengan taman bermain, jadi dianggap sepele oleh Kenzo.
Beda lagi dengan kakak-kakaknya. Kakak Dhri yang usia 19 tahun dan sudah berada di semester 3 perkuliahan, juga terkadang bikin aku mengalami tekanan darah tinggi. Misalkan, tidak mau merapihkan kamarnya. Atau setelah kuliah daring selesai, dia hanya bermain game online seharian.
Juga tidak terlewatkan dengan kakak Zahra yang kini berusia 17 tahun dan duduk di kelas 12. Dia juga beberapa kali bikin tekanan darahku meningkat, misalkan tiba-tiba aku di kontak oleh wali kelasnya karena kakak Zahra tidak mengirimkan tugas sekolah tepat waktu. Atau pada saat Google Meet, kakak Zahra tidak mengenakan seragam sekolah.
Mungkin hal-hal tersebut terdengar sepele, tapi percayalah tetap menguras emosi dan mengganggu kewarasan ibunya hahaha…
Sampai pada akhirnya aku nonton IG Live Hometown Dairy (@homedairy.id) dengan tema “TIPS HAPPY PARENTING PADA MASA PANDEMI” bersama kak Saskhya Aulia P, M.Psi yang jadi Co-Founder Tiga Generasi serta seorang psikolog anak dan keluarga.
Dari situ aku dapat ilmu ringan supaya tetap jadi orang tua bahagia selama masa pandemi.
Ada 4 cara yang aku serap dari IG Live nya Hometown Dairy, yaitu:
- Sediakan waktu untuk “Me Time”
Walaupun cuma sebentar, Me Time itu perlu lho buibuk. Tidak harus lama atau mewah yang penting bisa meredakan ketegangan pada saraf otak dan menurunkan tekanan darah hehehe. Me Time versi aku adalah menyetir keliling komplek, mampir beli kopi lewat drive thru dan pasang lagu kesukaan di mobil sambil nyanyi-nyanyi. Cuma setengah jam, tapi bisa jadi mood booster seharian.
- Berkomunikasi dan minta bantuan dengan orang terdekat untuk mengasuh anak.
Yup, tidak perlu malu untuk minta bantuan. Misalkan ke suami, keluarga dekat diluar keluarga inti atau ke sahabat. Kalau aku, sejujurnya tidak minta bantuan kepada suami karena suamiku sendiri sudah super duper sibuk dengan pekerjaannya. Tapi aku minta bantuan kepada ibuku untuk berbincang kepada cucu-cucunya lewat video call. Dari perbincangan tersebut terkadang ibuku menyelipkan nasihat-nasihat untuk para cucunya. - Jalani gaya hidup sehat secara konsisten.
Aku pernah baca tentang Gut-Brain Axis Connection. Artinya didalam usus kita terdapat bakteri yang sangat baik untuk kesehatan dan berhubungan dengan sistem saraf otak kita.
Didalam usus kita, terdapat 90% hormon kesehatan yang dapat diciptakan, baik hormon kecemasan maupun hormon kebahagiaan. Maka dari itu, isilah usus kita dengan makanan dan minuman yang baik agar mempengaruhi pikiran kita menjadi lebih baik dan mood kita selalu stabil.
- Segera pergi konsultasi ke psikolog keluarga jika kondisi emosi mulai tidak terkendali.
Semoga hal ini tidak sampai harus dilakukan ya buibuk. Tapi tidak ada salahnya untuk berkonsultasi kepada profesisonal seperti psikolog. Demi kewarasan kita, demi kebahagiaan kita dan demi kebahagiaan anak-anak kita.
Jadi bagaimana buibuk… ? Lihat mudah bukan, tips yang diberikan oleh Kak Saskhya bersama Hometown Dairy ?
Tetap semangat ya di masa pandemi, jangan menyerah. Yuk bisa yuuk…
Semoga masa pandemi seperti segera berlalu 🙂