My Thoughts

Wanita Jahanam Itu Adalah Ibuku

Ibu….

Sosok yang paling mulia di dunia ini, sosok yang dibawah telapak kakinya terdapat surga. Sosok yang seringkali menerima sembah sujud bahkan ada yang meminum air cucian dari kakinya.

Sosok yang senantiasa menyayangi anaknya bahkan sewaktu masih dalam kandungan, sosok yang rela merasakan sakit yang dahsyat lebih dari sakitnya 1001 penyakit pada saat melahirkan. Sosok yang rela mencurahkan air susu yang berasal dari tubuhnya untuk memberikan asupan hidup.

Sosok yang selalu mengusap kepala anaknya, sosok yang selalu memeluk anaknya. Sosok yang berada di garda terdepan untuk membela anaknya. Sosok yang rela tidak makan asalkan anaknya makan dengan kenyang. Sosok yang selalu ada untuk anaknya.

Sosok yang mengajarkan untuk taat beragama, sosok yang mengajarkan untuk anaknya agar memiliki akhlak yang baik.

Sosok itulah yang kubutuhkan, sosok itulah yang selalu ku rindukan…

Lantas bagaimana sosok ibuku? seperti apa ibu kandungku sehingga aku menyebutnya sebagai sosok wanita jahanam?

Ibuku…

Wanita yang melahirkanku karena keterpaksaan sehingga tidak ingin menyusuiku.

Ibuku…

Wanita yang meninggalkanku bersama nenek-kakekku dan pembantu demi bisa bersenang-senang bersama teman-temannya yang tidak jelas yang sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.

Ibuku…
Wanita yang memamerkan bentuk tubuhnya kepada laki-laki lain bahkan didepan suaminya alias bapakku pada saat hari ulang tahunku yang pertama.

Ibuku…
Wanita yang selalu berteriak jika berbicara denganku.

Ibuku…
Wanita yang menjambak rambutku sampai timbul luka pada kulit kepalaku dan tentu saja memukuli tubuhku hanya karena alasan sepele.

Ibuku…
Wanita yang tidak perduli aku lapar atau tidak pada saat aku pulang sekolah, pun tidak perduli akan prestasiku di sekolah sehingga aku sempat di juluki sebagai anak yang bodoh selama beberapa tahun.

Ibuku…
Wanita yang mengajakku untuk menjemput laki-laki di sebuah hotel, yang tentu saja bukan bapakku.

Ibuku…
Wanita yang sering mengajak laki-laki lain ke kamarnya dengan alasan ingin “mengobrol” pada saat aku sedang berada di rumah. Ya tentu saja, kamarnya adalah kamar bapakku juga.

Ibuku…
Wanita yang tidak perduli jika aku melihat laki-laki bertelanjang dada tidur di tempat tidurnya yang juga tempat tidur bapakku.

Ibuku…
Wanita yang tidak segan berciuman dengan laki-laki yang bukan bapakku dihadapanku dan laki-laki itu adalah orang yang mengurus anjing peliharaannya.

Ibuku…
Wanita yang mengkhianati bapakku selama 11 tahun pernikahan mereka.

Ibuku…
Wanita yang pada saat menghadiri sidang perceraiannya dengan bapakku sempat berujar “GUE TERLALU MURAH SEWAIN RAHIM” karena dia tidak puas dengan nominal uang yang akan didapatkan dengan menukar hak asuh atas diriku yang pada saat itu masih berusia dibawah 12 tahun

Ibuku…
Yang sampai sekarang usiaku memasuki usia dewasa tidak pernah datang untuk menjengukku. Tidak perduli bagaimana keadaanku, apakah aku sehat? apakah aku bahagia? apakah aku merindukannya?

Ya, itulah ibuku… ibu kandungku
Surga memang berada dibawah telapak kaki ibu, tapi yang pasti surga itu tidak ada pada telapak kakinya…

Selamat Hari Ibu, untuk para ibu yang bukan seperti ibu kandungku…

 

*Note
Tulisan berdasarkan kisah nyata seseorang yang diceritakan kepadaku 🙂

 

 

happy wife, happy mommy, happy blogger :)

11 Comments

  • Bambang Irwanto

    Saat miris sekali membaca tulisan ini, Mbak Irena. Saya pun lalu menempatkan posisi saya pada tokoh anak dalam tulisan itu. Sedih memang, walau masih teta mendapat perhatian dari orang-orang terdekatnya. Tapi Insya Allah semua akan mendapat kebahagian pada waktunya.

  • PUTRISANTOSO

    Aku bacanya miris kak
    Semua perempuan punya pemikiran dan prioritasnya masing2.
    Semoga seseorang yg bercerita kepada kakak menjadi sosok yang tangguh dan lebih baik dari ibunya. Aamiin

  • Shyntako

    Terkadang ya mba, saya saking naifnya sk kdg merasa kisah2 kaya gini paling hanya fiktif alias saya membohongi diri sendiri. Kok bisa seorang Ibu tdk memiliki naluri layaknya seorang Ibu. Tapi nyatanya kdg hidup gak semulus kulit bayi ya. Kita gak bs serta merta menjudge juga ya hidup orang. Toh saya percaya hidup itu serangkaian sebab akibat dan hukum tabur tuai itu juga nyata adanya. Kasian sih dari sisi si anak ya yg terluka secara psikologis oleh kelakuan org tuanya.

  • Akarui Cha

    Aku miris. Bakalan seperti apa nasib perempuan yang disebut “Ibuku” ditulisan ini setelah masuk ke usia senjanya nanti. Apa akan menyesal? Kok saya berujung kasihan sama Ibu dan si anak ya. Sama sama punya luka sepertinya.

  • Grandys

    So dramatic but it’s so real and very very real ya mbaa. Mengisahkannya juga jadi agak merinding gini dan semoga aja luka yg dialami oleh ibu dan juga anak bisa diberikan kemudahan dalam menjalani hidup kedepannya

  • Ella

    Mbaak. Bacanya sambil merinding, jantungku deg2an bgt. Ya allah.. Huhu
    Semoga kita semua bisa jd ibu yg baik ya.. Terima kasih udah share atas cerita nyata dr seseorang. Semoga orang trsbut selalu sehat dan bahagaia.. Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *